Bab
I
Pendahuluan
I.1 Latar belakang
Tubuh
terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya.
Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang
mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Namun, sel dapat mengalami gangguan
atau bahkan mengalami kematian. Kematian
sel secara alami akan di gantikan oleh sel yang baru. Tapi berbeda dengan kematian sel akibat
radiasi.
Dalam
makalah ini, kami membahas mengenai respon sel terhadap radiasi. Makalah ini dapat mempermudah pemahaman kita
mengenai sel sehingga kita lebih waspada dan
mampu memberikan perlindungan demi kesehatan kita.
I.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk memenuhi tugas kuliah dan agar lebih memahami
mata kuliah Radiobiologi khususnya dalam pembahasan “Respon Radiasi terhadap
sel” sehingga dapat menghasilkan gambaran yang baik dan benar.
I.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam
laporan ini adalah berdasarkan beberapa referensi yang kami dapat, adapun makalah ini meliputi :
Ø Pengertian Respon sel terhadap radiasi
Ø Macam-macam respon sel terhadap radiasi
Ø Model pemulihan sel
Ø Reproductive failuer
Ø Faktor-faktor respon
PEMBAHASAN
Tubuh
terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya.
Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang
mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil
dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan,
pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama,
yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel
sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel. Inti sel
mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang
mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika
yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom
manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu
rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode
informasi tertentu dan spesifik.
Interaksi
radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan interaksdi fisika yaitu,
proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan
berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila
penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang
mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung
bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang
efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80%
dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi
dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.
A. Radiasi dengan
Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air
dalam proses radiolisis air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang
tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital
tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal
bebas menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik
vital. Radikal bebas yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan suatu
molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga berumur lebih lama.
Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat pembentukannya sehingga
lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan
biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang timbul akan
mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu. Perubahan
biokimia yang terjadi yang berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi
penting tersebut selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak
mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian sel.
Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek
biologik dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis, jenis sel
lainnya.
B. Radiasi dengan
DNA..
Interaksi
radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula
atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya.
Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut
single strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand
breaks. Secara alamiah sel mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan
terhadap kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang
spesifik. Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi
tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semual dan tidak
menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses
perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun kerusakan
dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna sehingga menghasilkan DNA yang berbeda
yang dikenal dengan mutasi.
C. Radiasi dengan Kromosom.
Sebuah
kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu
penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik
pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan
jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan
timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan
kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan
meningkatnya dosis radiasi. Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah (1)
fragmen asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak mengandung
sentromer, (2) kromosom cincin, (3) kromosom disentrik, yaitu kromosom yang
memiliki dua sentromer dan (4) translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran
fragmen dari dua atau lebih kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi
akibat paparan radiasi sehingga jenis aberasi ini biasa digunakan sebagai
dosimeter biologic yang dapat diamati pada sel darah limfosit, yang merupakan
salah satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom
bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis, dan lainnya.
D. Radiasi dengan Sel.
Kerusakan
yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada proses perbaikan
yang berlangsung. Bila proses perbaikan berlangsung dengan baik/sempurna, dan
juga tingkat kerusakan sel tidak terlalu parah, maka sel bias kembali normal. Bila
perbaikan sel tidak sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami perubahan. Bila
tingkat kerusakan sel sangat parah atau perbaikan tidak berlangsung dengan
baik, maka sel akan mati. Sel yang paling sensitive terhadap pengaruh radiasi
adalah sel yang paling aktif melakukan pembelahan dan tingkat differensiasi
(perkembangan/ kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak
akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang tinggi.
Efek Terhadap
Manusia
Bagaimana
pengaruh radiasi terhadap manusia? Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel
genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel
sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada
dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek
genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang
dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya
efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar
radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat
bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek
segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu
dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi
(rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah
sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca
iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul
setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti
katarak dan kanker. Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan
proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek
stokastik.
1. Efek
Deterministik
Efek
deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan
radiasi,. dan Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena
adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan
yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan
radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis
yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa
saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan
meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang
bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati
dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah
nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Efek deterministik bisa juga terjadi
dalam jangka waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak
berakibat fatal. Sebagai contoh, katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi
dalam waktu beberapa minggu setelah terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.
Jika
dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus),
kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh
tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja
sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut
baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun
kemudian), dikenal juga sebagai periode laten
2. Efek Stokastik
Efek stokastik adalah efek yang
terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada sel.
Efek Stokastik Dosis radiasi
serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada
sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi
dapat pula tidak membunuh sel ,tetapi mengubah sel. Sel yang mengalami
modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem
pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua
akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang
terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru
akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin
besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak
ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan
adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan
kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini
adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama,
ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan
tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis
rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik
dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait
dengan paparan individu.
Efek stokastik ini tidak dapat
dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar
apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu
seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan
radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali
untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan
radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.
Salah satu penyakit yang termasuk
dalam kategori ini adalah kanker. Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker
tetap tidak diketahui. Selain dapat disebabkan oleh radiasi pengion, kanker
dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat karsinogen, misalnya asap
rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode laten berakhir,
korban dapat meninggal karena penyebab lain. Karena lamanya periode laten ini,
seseorang yang masih hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada
kemungkinan menerima tambahan zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut.
Oleh karena itu, jika suatu saat timbul kanker, maka kanker tersebut dapat
disebabkan oleh zat-zat karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh radiasi.
Efek
Radiasi Terhadap Manusia
Jika
radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi:
berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika
berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses
ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan
sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan
temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut.
Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan
muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari
perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang
merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis
adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan pusat
pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks.
Jika radiasi pengion menembus
jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya
radikal bebas
hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas
sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid)
merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk
mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya
sendiri.Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi
dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada
DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu
jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi
pada DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun
kelainan genetik.
Pada
dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima sehari-hari,
sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih
tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya
sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang
mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang
mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel
yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan
meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia
bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada
lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara
gradual (sedikit demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem)
yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing
dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis tersebut, dan
kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau dua bulan
kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu bulan
atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut
sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan
menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu
30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata
dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat yang sama.
Selain bergantung pada jumlah dan
laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap
radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.
Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih
yang diberikan secara sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak langsung mendapat
perawatan medis, akan dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya kerusakan
sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika segera
dilakukan perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy
tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50
Gy, jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan
perawatan medis.
Jika dosis terserap 5 Gy tersebut
diberikan secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh),
kemungkinan besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5
Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang
sama jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
1 komentar:
Di dalam ruang lingkup mencantumkan tentang faktor-faktor respon, tapi dalam isi pembahsan tidak begitu di jelaskan tentang apa saja faktor-faktor respon..
.."kecewa
Posting Komentar